Showing posts with label Teologi dan Agama Kristen. Show all posts
Showing posts with label Teologi dan Agama Kristen. Show all posts

Tuesday, April 23, 2013

DESAIN RISET: Bagaimana Menulis Proposal Pendidikan, Teologi dan Agama?



ISBN: 978-602-7682-11-5
Penulis: Elia Tambunan

Judul: DESAIN RISET: Bagaimana Menulis Proposal Pendidikan, Teologi dan Agama?

Cet. (1) Juli, 2012
Jumlah hlm: 196, Ukuran: A5 (14,8 x 21 cm), 70 gr
Harga: Rp. 55.000. (Belum Ongkir)




Penerbit: CV. illumiNation-Yogyakarta-Indonesia
Hp. 081338956657; 081804070911; 081325768388
E-mail: illumination.publish@gmail.com


Apa yang Dijelaskan?

Sinopsis (lebih lengkap lihat daftar isi buku). Membaca buku ini agak Serius, namun rileks sedikit! Dari judul buku itu sudah ketahuan, apa sih masalah yang sedang dijelaskan sebenarnya? Buku ini masuk dalam area studi metodologi keilmuan, yakni mengenai desain riset. Secara spesifik masalah yang dikaji adalah soal proposal, secara khusus mengenai “bagaimana melakukan rancang bangun dan menulis proposal? Itu artinya, buku sangat pas, dan memang sengaja ditulis sebagai buku teks akademik atau buku pegangan dosen dan mahasiswa dalam Mata Kuliah Ketrampilan Bermasyarakat, yakni Metode Penelitian, Penulisan dan Pengajuan Proposal, serta Seminar atau Ujian Proposal.

Buku ini akan menyediakan informasi, data dan fakta terbaru bagi mahasiswa yang ingin menjadi ilmuwan, yakni intelektual Kristen dan Kristen intelektual bermutu dalam dunia riset. Mengapa dikatakan terbaru? Alasannya memang faktual. Setelah berburu buku yang  bergenre yang sama dengan ini di sejumlah toko buku Kristen dan perpustakaan kampus-kampus Kristen di Jawa, saya menemukan, bahwa ternyata, tidak atau tepatnya belum ada buku teks akademik metodologi riset.

Sepanjang hasil perburuan, ternyata, tidak ada buku yang memang secara khusus ditulis “orang dalam” untuk mengkritisi dan menyingkapkan rahasia sukses merancang dan menulis proposal riset pendidikan, teologi dan agama Kristen secara panjang lebar dan detail, dan disertai contoh-contoh kongkrit. Belum ada yang ditulis diatas tahun 2005, apalagi tahun 2012. Jikapun ada (ini harapan semoga sudah ada) biasanya sangat lama, paradigma keilmuannya pun tua dan kaku. Jikapun ada umumnya hanya contoh items atau sistematika didalam proposal yang disertai ala kadarnya.  Itulah alasannya semua buku berbahasa Inggris, yakni 115 judul yang saya jadikan sebagai referensi di buku ini, saya pilih yang terbit tahun 2010 hingga 2012. Ini upaya sengaja agar pembaca dapat informasi, data dan fakta soal metodologi riset, dan proposal  terbaru.


Siapa Pembacanya?

Aku, kamu, dia, dan kita sekalian adalah pembaca yang menjadi peserta atau audiens (perancang bangunan dalam penulisan proposal) yang mau belajar bersama saya. Artinya, kita sebagai pembaca akan lebih mudah memahami isinya tentulah setelah kamu tahu juga masalah yang sedang kita hadapi di STT Kristen saat ini. Saya akan menjelaskan juga masalah itu disini.

Sasaran buku ini adalah mahasiswa S1, S2, dan S3 di pendidikan tinggi keagamaan. Artinya wilayah kajiannya masuk di dalam dunia pendidikan, teologi dan agama. Untuk mereka ada contoh-contoh teologi dan agama Kristen dalam buku ini secara kongkrit. Contoh itu disengaja agar penjelasannya lebih kongkrit dan terukur saja. Bukan berarti buku ini tidak termasuk riset sosial sains dan sains humanities. Lantas, tidak bisa dipakai untuk wilayah kajian keilmuan lain. Kamu salah kawan.

Saya tidak melihatnya seperti itu dan saya juga tidak mengatakan begitu. Jangan ngarang. Mengapa? Alasannya, karena latar belakang teoritis dan keilmuannya, malahan dibangun atau dibingkai dari kedua keilmuan itu. Artinya, buku ini memang murni soal metodologi riset secara general, namun dispesifikasikan atau disetting ulang dengan contoh-contoh pendidikan tinggi teologi dan keagamaan Kristen. Oleh karena situasinya seperti itu, sebagai penulis dan juga sebagai audiens, saya sengaja menulis buku ini dengan gaya bertutur mengkritisi dan pilihan kata kritik, bukan lagi hanya deskripsi datar saja. Kritik bukan berarti hanya untuk meruntuhkan atau meluluhlantakkan, tetapi kritik dengan niat baik untuk memposisikan persoalan riset dan proposal teologi dan agama dalam nuansa pendidikan tinggi sebagaimana posisi seharusnya dalam tri dhramanya, yang memang sudah diatur dari “sono”-nya.

Saya memilih dengan sadar diri atau sadar ilmu dan sadar Tuhan Yesus untuk melakukan kritik ketika menulis buku ini. Mengapa? Alasannya sederhana saja. Saya telah mengalami menjadi mahasiswa STT Kristen dari D3 hingga S1, telah pernah menulis proposal dan melakukan riset kualitatif dan kuantitatif lapangan. Bahkan, kini saya menjadi dosen pengampu Mata Kuliah Statistik, dan Metodologi Penelitian S1. Selain, sudah selesai S2 dari Universitas Negeri Yogyakarta, yang memang sudah lama berbudaya riset pengembangan pendidikan dan pengembangan komunitas keilmuan.

Malahan, sekarang sedang melakukan riset lapangan untuk keperluan Disertasi Program Doktor (S3) di Universitas Islam Negeri “Sunan Kalijaga” Yogyakarta. Tidak hanya itu, saya juga senang melakukan riset mandiri untuk keperluan tulisan artikel media massa publik dan rohani Kristen, dan riset untuk keperluan penulisan jurnal akademik. Artinya ada pengalaman dan memiliki pencapaian akademik di bidang riset (lihat h. 156 buku ini), meskipun tidak seberapa dibanding yang lain. Menjadi dosen penguji seminar proposal, dosen supervisior pembimbing, dan dosen penguji skripsi untuk ujian lokal dan ujian negara, juga pengalaman yang sudah tentu wajib dimiliki. Saya menunggu giliranmu.  

Sebenarnya, saya hanya sedang mengatakan, saya sama seperti yang lainnya adalah “orang dalam” (insider) di dalam dunia STT Kristen, yang sedang mengalami banyak masalah keilmuan di bidang riset. Apalagi paradigma keilmuan riset di STT Kristen sejak 2011 lalu telah dan sedang mengalami transfigurasi. Dari budaya riset teks dengan ahli dan ilmuwan teks belaka menjadi ilmu realitas. Biasanya, kita paling-paling hanya duduk-duduk di perpustakaan, sambil menempelkan earphone di telinga kiri dan kanan, ditambah sajian coffee mix dan pisang goreng seadanya di atas meja, plus menikmati alunan lagu rohani (atau musik rok metal, barangkali). Seringnya, malahan menghabiskan waktu sambil nongkrong dan ngobrolin siapa mahasiswa/i gebetan. Siapa, dan ada apa dengan cewek dan cowok sang pujaan hati.

Kini semuanya telah berubah, meski belum berbuah. Kita menjadi harus pergi, turun dan masuk ke lapangan. Dari budaya riset kualitatif teks Alkitab dan teks-teks teologis lain dari hasil bacaan buku-buku teologi agama dan pendidikan Kristen, kini harus keluar masuk desa dan lorong-lorong atau gang-gang sempit kota di lokasi riset. Plus, dipusingkan dengan itung-itungan kuantitatif lewat SPSS. Alamak... apa pula itu? Catatan penting. Jika ingin bekerja dengan statistik dan SPSS itu sudah saya bahas dalam buku “METODOLOGI RISET: Dari Skill Mendesain Proposal Teologi & PAK hingga Mempublikasikan,” terbit Januari 2012. Disitu dijelaskan bagaimana cara bekerja dengan kuisioner, statistik, SPSS. Bagaimana itu di STT Kristen? Bagaimana cara bekerja dengan itu? Apa alat, rumus dan teknik analisis SPSS? Apa pula itu deskriptif, korelasi, dan regresi di halaman 93-112 buku tersebut.

Sebenarnya, dari tiga paragraf terakhir itu, saya hanya sedang mengingatkan, memang ada persoalan serius yang sedang di STT Kristen yang sedang dihadapi civitas akademiknya. Tidak banyak yang ahli soal metodologi riset. Sedikit yang kompeten sebagai periset lapangan dan mempublikasikannya lewat jurnal, artikel akademik dan buku teks-teks akademik lainnya, yang ditulis dan diterbitkan. Bahkan penerbit lokal Kristen di Indonesiapun relatif tertutup terhadap tulisan bergenre metodologis seperti itu. Sayang memang.

Lebih sialnya lagi, amat sedikit STT yang memiliki kualitas jurnal berbasis riset lapangan. Namun, sudah berjibun jumlahnya berbasis opini yang berlatar teks literatur. Meski itu baik, tetapi itu belumlah persembahan yang terbaik untuk Tuhan dan masyarakat Kristen yang sebenarnya bisa kita tampilkan dari dalam diri kita sebagai civitas akademik. Apakah kita sudah lupa, bahwa STT Kristen sengaja diciptakan sejak 03 Juli 1942 (berdirinya DEPAG BIMAS Kristen) untuk mewadahi ilmuwan atau intelektual Kristen dan pendidikan tinggi Kristen? Itulah persoalan dan penyakit kompleks yang sedang meradang di dalam dunia intelektual dan dunia literasi Kristen Indonesia saat ini. Sayangnya, lebih banyak yang ahli bicara soal riset. Artinya, persoalan ini bukan hanya dalam tataran pikiran dan pemikiran riset (stage of mind), tetapi dalam praksis riset sebenarnya. Nah, buku ini membantu mengatasi masalah serius itu. Kamu beruntung “membeli” atau mendapatkan buku ini. Semoga saja.


Apa Peta Perjalanan Intelektualnya?

Peta perjalanan intelektual yang dibahas (sistematika isi pembahasan) buku ini. Atau apa yang akan kamu dapatkan gratis dari dalam buku ini, saya akan menjelaskan hal itu secara lebih detail dan meluas di poin ini. Isinya tentang bagaimana merencanakan atau mendesain dan menulis proposal secara nyata. Artinya, buku ini bukan hanya buku panduan teoritis, tetapi memang dimaksudkan hingga praksis menulis dan mempublikasi. Dan, jika ingin benar menjadi ilmuwan Kristen bermutu, ya memang harus bisa menulis yang bermutu, bukan hanya berbicara dan meng-omong-omongkan yang bermutu saja. Jangan malu. Jangan membela diri atau menutup diri dengan cara menyerang dan menyalahkan orang lain. Saya, kamu, dia, dan kita semua sebagai Orang Kristen Indonesia harus bertindak sekarang. Tunggu apalagi kawan.

Untuk bisa sampai kesitu, maka terlebih dahulu  harus memahami ulang riset. Pemahaman ulang ini dimaksudkan untuk membetulkan ulang cara menempatkan riset itu sebagai instrumen gerakan intelektual (Kristen agar lahir Kristen intelektual), pengembangan komunitas ilmuwan dan komunitas masyarakat beragama. Supaya itu tercapai, karakteristik keilmuan riset sosial sains dan humanities secara kualitatif dan kuantitatif harus dipahami kembali. Keilmuan riset itu harus dibetuk dan disetting ulang agar sesuai dengan wilayah kajian civitas akademik di STT Kristen. Itulah paradigma metodologis dalam dunia riset yang dibutuhkan untuk pengembangan di STT Kristen saa ini. Sehingga,  nasib riset teologi dan agama ke depan menjadi sejajar dengan ilmu lainnya. Lulusan STTpun agar sama kompetensi dan sama profesionalnya dengan mereka. Apakah kita lupa, STT Kristen itu masuk diwilayah dan payung ilmu sosial, artinya hak dan persaingan lulusannyapun di dunia nyata sana, sama saja. Tingggal, bagaimana kesiapan STT untuk meluluskan Sarjana, Magister, Doktor dan ilmuwannya ke dunia nyata sana, dengan persaingan yang sehat namun kompetitif itu. Itulah yang dibahas di bab I.

Kawan, riset tidak akan bisa rampung jika hanya rencana tok. Itu hanya mimpi. Bangunlah, bertobatlah dari kebiasaan jelek yang hanya punya visi dan missi itu jadi ilmuwan itu. Kini waktunya beraksi. Saya melihat, terkadang tidak perlu bermimpi-mimpi dan bervisi missi. Ingatlah dan sadarlah gelar Sarjana, Master, Doktor dan ilmuwan yang intelek tidak akan pernah disandang atau melekat di kartu namamu, jika belum dibuat proposal untuk meraihnya. Untuk itu perlu pengetahuan bagaimana mempersiapkan riset lewat proposal. Persiapan ini menyangkut berapa lama riset akan dikerjakan, bagaimana proses riset dilakukan, apa kata literatur dan riset terdahulu soal itu. Itulah yang dibahas di bab II.   

Tidak ada yang salah atau benar di dalam riset. Terserah apa kata orang, saya lebih setuju dengan Karen Benke. Dia (perempuan) inspirator, coach writing, free-write faciliator, dan poet-teacher di California Poets Schools Program. Spesialis memimpin workshop di elementary dan middle schools. Master di bidang “Wrinting-Sastra” dari University of San Francisco, USA. Ia bilang: “there is no wrong or right way to write creatively”. Artinya, tidak akan ada jalan atau cara yang salah atau benar di dalam menulis secara kreatif. “There’s just your way.[1] Artinya, Hanya ada cara dan jalanmu sendiri. Lakukanlah. Yang dibutuhkan adalah imaginasi untuk menempuh perjalanan intelektual dengan bantuan buku teks akademik benar yang memandu secara benar.

Jika setuju dengan itu, maka yang dibutuhkan adalah keputusan bertindak untuk memilih dan menentukan apa-dan untuk apa lagi; kapan-kapan lagi jika bukan sekarang; dimana-tidak perlu kemana-mana masalah ada disekitarmu; mengapa-mengapa tidak, memang siapa yang melarang; bagaimana-bagaimana kalau mulailah membaca buku ini. Yang dibutuhkan adalah rancang dan tulis dan publikasikanlah apa yang kamu dan orang lain di dunia ini yang bisa kamu lakukan sekarang. Terkadang untuk berhasil harus berani mengambil resiko berbeda gaya dengan yang sudah ada. Terkadang untuk sukses harus unik dan menubruk aturan kaku, mati yang mengikat memerjarakan dan tidak membebaskan kreativitas. Cuman, nubruk-nya hanya sesekali jangan menjadi tabiat buruk. Yang dibutuhkan adalah bagaimana mendesain dan melakukan riset secara kreatif, dan bagaimana pula cara untuk menghasilkan isi dan jenis tulisan proposal secara kreatif dan menarik. Soalnya, sebrillian dan semantap apapun itu ide riset jika menulis proposal saja tidak becus, semua itu hanya mimpi lagi. Oleh karena itu, bab III akan menjelaskan bagaimana sebetulnya menulis proposal. Disitu akan dijelaskan bagaimana cara merancang proposal.

Secara khusus akan dipaparkan, bagaimana struktur berpikir dalam isi dan tulisan proposal, bagaimana cara mengajukan proposal sehingga permohonannya itu terkabulkan. Apa saja items di dalam proposal? Bagaimana mengontrol kualitas proposal. Jika materi itu diapplikasikan dengan tepat, maka tidak akan ada keinginan mahasiswa yang tidak akan terkabul.  Jika masih kurang puas, maka di bab IV juga disajikan menu lain yang lebih detail. Bagaimana menuliskan items proposal, yakni, pendahuluan, rumusan permasalahan akademik yang dirasakan, hipotesis, tujuan dan pentingnya riset (apakah itu pantas dan bermakna?), riset terdahulu (untuk membangun teori dan kerangka teori riset), metodologi riset (agar tahu bagaimana riset akan diselesaikan?), scopa, batasan masalah, dan terminologi kunci, kriteria atau kategori, defenisi konseptual atau operasional,  kontribusi akademik sebagai manfaat dan kegunaan riset (sehingga ada pengembangan keilmuan), bagaimana sitematika pembahasan (sebagai peta perjalanan dan isi intelektual riset yang akan dilalui dan dihasilkan.

Ada orang berpikir, proposal itu bisa cepat ditulis dan langsung jadi dengan tipe 1 SKSss, yakni sekali kebut sesuntuk-suntuknya semalaman. Itu memang bisa, jika penulisnya adalah Aladin atau Malaikat Jibril. Tidak ada hal-hal instan dalam instansi pendidikan yang bergerak di wilayah hal-hal intelektual yang ilmiah. Tidak ada lagi alasan untuk melestarikan radisi buruk itu di STT Kristen. Tetapi mengerjakan proposalpun tidak ada juga yang disengaja berlama-lama agar kelihatan itu. Itu keliru. Itu sok-sok ilmiah. Untuk itu perlu kecepatan dan kecekatan, yang disebut skill mengakhiri dan merevisis proposal.

Kelihatannya ini sepele. Tetapi jika jumawa, maka bisa-bisa menyepelekan. Jika itu terjadi, maka nasibmu bisa diprediksi, yakni proposalmu tidak akan jelas juntrungnya. Bab V akan  menolong persoalan psikologis dan intelektual akut seperti tadi itu. Disitu, mahasiswa akan diajari (bukan digurui) untuk  menapaki garis finish proposal.  Saya menyarankan agar penulis, periset, dan mahasiswa yang sedang kuliah ditahun 2012 kedepan untuk menggunakan cara penulisan “saya” ketimbang penulis, peneliti dalam mengekspresikan apa maunya dan apa yang diinginkan di dalam proposal. Budayakan dan biasakanlah menggunakan kata “saya,” I (ai) atau Me (mi) dan My Self (mai selfh) seperti yang sudah lama dan terbiasa dipakai oleh para penutur, periset dan penulis berbahasa Inggris.

Pertanyaannya, mengapa kita disini di Indonesia tidak boleh. Apa bedanya kita dengan mereka, atau jangan-jangan hanya persoalan kultural saja, bukan perdebatan ilmiah dan intelektual soal kata “saya” itu. Meskipun demikian, jangan seenaknya menuliskan dan menggunakan kata “saya” itu. Sebebas-bebasnya penutur, periset dan penulis masih teap ada rambu-rambu umum menulis proposal yang musti diikuti lewat buku ini. Sekali lagi, revisi dan akhiri proposalmu, buatlah tampilannnya cantik menarik, berwarna, bermutu dan tidak asal jadi. Akhirnya, mulailah menulis dan mulailah merevisi, revisi lagi dan lagi, sehingga proyek ini akan sangat menyenangkan. Ditambah lagi, mahasiswa akan dibimbing oleh dosen supervisior yang intelek dan berpengalaman soal riset untuk menyelesaikan panggilan, tugas dan tanggung jawab akademik ini, jika mau benar-benar disebut sarja bertitel dan bermutu.


Ucapan Terima Kasih

Saya mengucapkan terima kasih untuk keluarga yang membantu penulisan buku ini. Buku ini dipersembahkan untuk istriku Rio D. Tambunan dan anak lelaki pertama si “Bule Kecilku,” Maverick El-Radith Tambunan. Buku ini juga didedikasikan untuk semua civitas akademika dan mahasiswa di STT Kristen di Indonesia khususnya program studi teologi dan pendidikan agama Kristen dimana saya mengajar.

Ucapan terima kasih yang khusus, saya sampaikan kepada para dosen metodologi riset, khususnya soal proposal, seminar proposal yang pernah mengajar sejak D3 hingga S3 sekarang. Jasa dan kontribusi mereka sangat bermakna besar di hidup saya ketika menulis buku ini. Ini serius, bukan hanya tulisan basa-basi akademik.

Jika pembaca menemukan infomasi, data dan fakta metodologi riset terbaru yang terlewatkan di buku ini, (termasuk salah ketik), itu artinya, ia menemukan peluang untuk saling mengkritisi. Tetapi apapun kritiknya,  itu merupakan sesuatu keniscayaan, namun seharusnya dilakukan dengan publikasi buku lain. Ini undangan persuasi, bukan tantangan arogansi. Dengan cara itu, maka akan ada dialog, diskusi atau debat keilmuan, atau bahkan “perang intelektual yang akan melahirkan intelektual Kristen dan Kristen yang intelektual. Selamat datang bagi ilmuwan dan intelektual Kristen yang baru. Selamat bekerja dan membaca!

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
BAB I. BAGAIMANA MEMAHAMI ULANG RISET
A.         Riset, Memangnya Kenapa?
1.  Riset dan Penelitian
2. Karakteristik Riset dan Penelitian
3.  Riset Sosial Sains dan Humanities di STT Kristen
4. Riset Pengembangan di STT Kristen
5.  Orisinalitas Riset
6.  Nasib Riset Teologi dan Agama ke Depan
B.         Riset S1, S2, S3, Apakah Beda?
C.         Karakteristik Riset Kualitatif dan Kuantitatif

BAB II. BAGAIMANA MEMPERSIAPKAN RISET?
A.         Persiapan Desain
1. Riset Pendahuluan
2.  Berapa Lama Riset akan Dikerjakan?
B.         Proses Riset
C.         Kritik dan Review Literatur 
1.  Cara Mengkritisi dan Meriview Literatur
2.  Membaca Literatur secara Kritis

BAB III. BAGAIMANA MENULIS PROPOSAL?
A.         Merancang Proposal
1. Proposal, Apa Lagi Itu?
2.  Pertimbangan Menulis Proposal
B.         Struktur Berpikir Proposal  
C.         Mengajukan Proposal
D.        Items di dalam Proposal
E.         Kualitas Proposal     
1.  Kontrol Kualitas Proposal
2.  Jenis Isi dan Tulisan Proposal sebagai Wilayah Kajian

BAB IV. BAGAIMANA MENULIS ITEMS PROPOSAL?
A.         Pendahuluan
B.         Permasalahan Akademik
1.  Substansi Permasalahan Riset
2. Sumber-Sumber Masalah
3.  Dasar Pertimbangan Merumuskan Masalah
4.  Cara Merumuskan Masalah
5.  Mengevaluasi Masalah
C.         Hipotesis
1.  Pengertian Hipotesis
2.  Menghubungkan Hipotesis dengan Teori        
3. Hipotesis dalam Riset Kualitatif dan Kuantitatif
4.  Haruskah Hipotesis dalam Riset Selalu Ada?
5.  Indikator Hipotesis yang Baik
6.  Merumuskan Hipotesis
7.  Menguji Hipotesis
D.        Pentingnya Riset
1. Apa yang Diinginkan?
2. Apa Sebenarnya yang Dicari?
3. Apa yang akan Ditemukan Sudah Realistis?
4.  Apakah Itu Pantas dan Bermakna?
5. Akan Kelihatan seperti Apa Riset Itu?
E.        Riset Terdahulu
1. Apa Riset Terdahulu?
2.  Apa Kegunaan Riset Terdahulu?
3.  Membangun Teori dan Kerangka Teori Riset?
F.         Bagaimana Riset akan Diselesaikan?
1.  Metodologi Riset
2.  Metode Riset
3.  Pendekatan Riset
4.  Desain Riset
5.  Bagaimana Riset akan Dikerjakan?
G.        Scopa dan Terminologi Kunci
1.  Pengertian Scopa dan Terminologi
2.  Membatasi Masalah Riset
H.        Kontribusi Akademik dan Pengembangan Keilmuan
1. Pengertian Kontribusi Pengembangan
2. Membuat Kontribusi dan Pengembangan
I.         Sistematika Pembahasan
1.  Pengertian Sistematika
2.  Cara Pembahasan

BAB V. BAGAIMANA MENGAKHIRI DAN MEREVISI PROPOSAL?
A.         Proposal Menapaki Garis Finish
 1. Persiapan Akhir Menulis Proposal
 2.  Mulai Menulis Proposal  
B.         Apakah “Saya” atau “Penulis”?       
C.         Rambu-Rambu Umum Menulis Proposal
1.  Redaksi Judul
2.  Gaya Menulis (Writing Style)     
3.  Gaya Berbahasa atau Bertutur
4.  Kespesifikan secara Langsung
5.  Labels atau Stigma
6.  Partisipan-Responden-Sumber Data
7.  Gender
8.  Orientasi Seks
9.  Rasial, Diskriminasi, dan Identitas Etnis
10.       Disabilitas     
11.       Usia
12        Garis Miring       
13.       Singkatan
14.       Penulisan Bab, Sub-bab dan Poin Tersendiri (Headings)
15.       Angka-angka
16.       Tampilan Hasil Statistik dan SPSS
17.       Kuotasi atau Kutipan
18.       Daftar Pustaka
19.       Aturan Pengetikan
D.        Merevisi Proposal
1. Kembali Merevisi
2.  Lakukan Revisi

DAFTAR PUSTAKA
MENGENAL PENULIS SEKILAS


[1]Karen Benke, Rip the Page: Adventures in Creative Writing (Boston, Massachusetts: Roost Books, 2010), h. 1-2.