Book Summary:
Elia Tambunan, Pendidikan Karakter: Apa, Mengapa, Bagaimana Sekolah Membangunnya?, (Yogyakarta: illumiNation Publishing, Akhir Juli, 2012).
Ada ketimpangan atau penyakit
sosial semacam korupsi (yang ditutup-tutupi dari kata merampas), asusila (yang
dikecilkan dari kata bejat), zinah (yang diperhalus dengan kata selingkuh), pornoaksi (yang
disamarkan dari arti mempertontonkan alat-alat kelamin dan daerah, wilayah atau
organ-organ vital lainya), budaya seks terbuka atau tertutup, yang terbuka di remang-remang,
seolah tertutup di dunia nyata. Padahal, itu semua ada atau bisa dirasakan di dunia
di sekitar kita, itu memang nyata. Apakah kamu bisa merasakanya?
Meskipun seolah-olah ditutup-tutupi
beramai-ramai dengan segala macam cara termasuk propaganda teologis untuk meng’haram’kannya.
Nyatanya, hal yang memalukan sekaligus ‘nikmat’ itu selalu saja ‘halal’ setidaknya
ditataran pikiran, fantasi dan keinginan orang tertentu. Itulah alasanya
masyarakat kita sedang sakit. Stadiumnya empat melingkupi sakit teologis,
sosilogis, dan intelektualis, disamping penyakit komplikasi yang menggerogoti
lainnya. Berhati-hatilah, ia sedang mendatangi kamu.
Parahnya, ‘haram’ atau ‘halal’
itu menjangkiti, meliliti, mengikati
manusia dan dunia kehidupan Kristen, yang katanya punya Kristus di mulutnya
entah di hatinya. Ngerinya, ketimpangan dan penyakit sosial itu bergentayangan dimana saja sesukanya dan disukai siapa saja. Tidak soal
apakah ia pemimpin rohani, pengajar, penganjur atau pengkhotbah moral. Waspadalah,
mungkin aku, kamu dan kita korban berikutnya!
Semua orang sedang menuding
sekolah disini. Apakah memang benar, dan pantaskah? Jika itu benar, itu salah
siapa? Siapa sebetulnya yang pantas disalahkan? Siapa yang mustinya bertanggung
jawab disini? Apakah pihak sekolah memang pantas dikambinghitamkan disini? Jika
tidak atau ya, bagaimana sekolah membangun kembali karakter yang baik di
sekolah? Sadarlah, penuding biasanya HANYA reaksi atas kepusingannya untuk menutupi aslinya.
Yang semakin mengherankan,
ternyata hingga hari ini, orang-orang yang menyalahkan sekolah itu masih saja
menaruhkan harapnya kepada sekolah untuk berbuat sesuatu disini. Apakah harapan
itu pantas dan hanya di sekolah? Jika ya, bagaimana caranya? Lalu, dimana dan kemana
orang tua, gereja, dan masyarakat kalau gitu?
Oh...pendidikan karakter. Pendidikan
yang mana? Karakternya siapa? Ini buku teks akademik yang bisa menjawabnya. Ini narasi refleksif tentang pendidikan
karakter di PAUD, SD, SMP, dan SMA pegangan guru kelas, guru BP/BK, Kepala
Sekolah, Mahasiswa Pendidikan Agama, Dosen Pengampu ilmu Kependidikan. Milikilah, hasil bacaannya akan membantu kamu untuk membantu orang sakit
lainnya, banyak loh.
No comments:
Post a Comment