ISBN: 978-602-7682-11-5
Penulis:
Elia Tambunan
Judul:
DESAIN RISET: Bagaimana
Menulis Proposal Pendidikan, Teologi dan Agama?
Cet.
(1) Juli, 2012
Jumlah
hlm: 196, Ukuran: A5
(14,8 x 21 cm), 70 gr
Harga:
Rp. 55.000. (Belum Ongkir)
Penerbit:
CV. illumiNation-Yogyakarta-Indonesia
Hp.
081338956657; 081804070911; 081325768388
E-mail:
illumination.publish@gmail.com
Apa
yang Dijelaskan?
Sinopsis
(lebih lengkap lihat daftar isi buku). Membaca buku ini agak Serius, namun rileks sedikit! Dari judul
buku itu sudah ketahuan, apa sih masalah yang sedang dijelaskan sebenarnya? Buku
ini masuk dalam area studi metodologi keilmuan, yakni mengenai desain riset.
Secara spesifik masalah yang dikaji adalah soal proposal, secara khusus
mengenai “bagaimana melakukan rancang bangun dan menulis proposal? Itu artinya,
buku sangat pas, dan memang sengaja ditulis sebagai buku teks akademik atau
buku pegangan dosen dan mahasiswa dalam Mata Kuliah Ketrampilan Bermasyarakat,
yakni Metode Penelitian, Penulisan dan Pengajuan Proposal, serta Seminar atau Ujian
Proposal.
Buku ini akan menyediakan informasi, data dan fakta terbaru
bagi mahasiswa yang ingin menjadi ilmuwan, yakni intelektual Kristen dan
Kristen intelektual bermutu dalam dunia riset. Mengapa dikatakan terbaru?
Alasannya memang faktual. Setelah berburu buku yang bergenre yang sama dengan ini di sejumlah
toko buku Kristen dan perpustakaan kampus-kampus Kristen di Jawa, saya
menemukan, bahwa ternyata, tidak atau tepatnya belum ada buku teks akademik
metodologi riset.
Sepanjang hasil perburuan, ternyata, tidak ada buku yang
memang secara khusus ditulis “orang dalam” untuk mengkritisi dan menyingkapkan
rahasia sukses merancang dan menulis proposal riset pendidikan, teologi dan
agama Kristen secara panjang lebar dan detail, dan disertai contoh-contoh
kongkrit. Belum ada yang ditulis diatas tahun 2005, apalagi tahun 2012. Jikapun
ada (ini harapan semoga sudah ada) biasanya sangat lama, paradigma keilmuannya
pun tua dan kaku. Jikapun ada umumnya hanya contoh items atau sistematika
didalam proposal yang disertai ala kadarnya.
Itulah alasannya semua buku berbahasa Inggris, yakni 115 judul yang saya
jadikan sebagai referensi di buku ini, saya pilih yang terbit tahun 2010 hingga
2012. Ini upaya sengaja agar pembaca dapat informasi, data dan fakta soal metodologi
riset, dan proposal terbaru.
Siapa
Pembacanya?
Aku, kamu, dia, dan kita sekalian
adalah pembaca yang menjadi peserta atau audiens (perancang bangunan dalam penulisan
proposal) yang mau belajar bersama saya. Artinya, kita sebagai pembaca akan
lebih mudah memahami isinya tentulah setelah kamu tahu juga masalah yang sedang
kita hadapi di STT Kristen saat ini. Saya akan menjelaskan juga masalah itu
disini.
Sasaran buku ini adalah mahasiswa S1, S2, dan S3 di
pendidikan tinggi keagamaan. Artinya wilayah kajiannya masuk di dalam dunia pendidikan,
teologi dan agama. Untuk mereka ada contoh-contoh teologi dan agama Kristen dalam
buku ini secara kongkrit. Contoh itu disengaja agar penjelasannya lebih
kongkrit dan terukur saja. Bukan berarti buku ini tidak termasuk riset sosial
sains dan sains humanities. Lantas, tidak bisa dipakai untuk wilayah kajian
keilmuan lain. Kamu salah kawan.
Saya tidak melihatnya seperti itu dan saya juga tidak
mengatakan begitu. Jangan ngarang. Mengapa? Alasannya, karena latar belakang
teoritis dan keilmuannya, malahan dibangun atau dibingkai dari kedua keilmuan
itu. Artinya, buku ini memang murni soal metodologi riset secara general, namun
dispesifikasikan atau disetting ulang dengan contoh-contoh pendidikan tinggi
teologi dan keagamaan Kristen. Oleh karena situasinya seperti itu, sebagai
penulis dan juga sebagai audiens, saya sengaja menulis buku ini dengan gaya
bertutur mengkritisi dan pilihan kata kritik, bukan lagi hanya deskripsi datar
saja. Kritik bukan berarti hanya untuk meruntuhkan atau meluluhlantakkan, tetapi
kritik dengan niat baik untuk memposisikan persoalan riset dan proposal teologi
dan agama dalam nuansa pendidikan tinggi sebagaimana posisi seharusnya dalam
tri dhramanya, yang memang sudah diatur dari “sono”-nya.
Saya memilih dengan sadar diri atau sadar ilmu dan
sadar Tuhan Yesus untuk melakukan kritik ketika menulis buku ini. Mengapa?
Alasannya sederhana saja. Saya telah mengalami menjadi mahasiswa STT Kristen
dari D3 hingga S1, telah pernah menulis proposal dan melakukan riset kualitatif
dan kuantitatif lapangan. Bahkan, kini saya menjadi dosen pengampu Mata Kuliah
Statistik, dan Metodologi Penelitian S1. Selain, sudah selesai S2 dari
Universitas Negeri Yogyakarta, yang memang sudah lama berbudaya riset
pengembangan pendidikan dan pengembangan komunitas keilmuan.
Malahan, sekarang sedang melakukan riset lapangan
untuk keperluan Disertasi Program Doktor (S3) di Universitas Islam Negeri “Sunan
Kalijaga” Yogyakarta. Tidak hanya itu, saya juga senang melakukan riset mandiri
untuk keperluan tulisan artikel media massa publik dan rohani Kristen, dan
riset untuk keperluan penulisan jurnal akademik. Artinya ada pengalaman dan
memiliki pencapaian akademik di bidang riset (lihat h. 156 buku ini), meskipun
tidak seberapa dibanding yang lain. Menjadi dosen penguji seminar proposal,
dosen supervisior pembimbing, dan dosen penguji skripsi untuk ujian lokal dan
ujian negara, juga pengalaman yang sudah tentu wajib dimiliki. Saya menunggu
giliranmu.
Sebenarnya, saya hanya sedang mengatakan, saya sama
seperti yang lainnya adalah “orang dalam” (insider)
di dalam dunia STT Kristen, yang sedang mengalami banyak masalah keilmuan di
bidang riset. Apalagi paradigma keilmuan riset di STT Kristen sejak 2011 lalu
telah dan sedang mengalami transfigurasi. Dari budaya riset teks dengan ahli
dan ilmuwan teks belaka menjadi ilmu realitas. Biasanya, kita paling-paling hanya
duduk-duduk di perpustakaan, sambil menempelkan earphone di telinga kiri dan kanan, ditambah sajian coffee mix dan
pisang goreng seadanya di atas meja, plus menikmati alunan lagu rohani (atau
musik rok metal, barangkali). Seringnya, malahan menghabiskan waktu sambil
nongkrong dan ngobrolin siapa mahasiswa/i gebetan. Siapa, dan ada apa dengan
cewek dan cowok sang pujaan hati.
Kini semuanya telah berubah, meski belum berbuah. Kita
menjadi harus pergi, turun dan masuk ke lapangan. Dari budaya riset kualitatif
teks Alkitab dan teks-teks teologis lain dari hasil bacaan buku-buku teologi
agama dan pendidikan Kristen, kini harus keluar masuk desa dan lorong-lorong atau
gang-gang sempit kota di lokasi riset. Plus, dipusingkan dengan itung-itungan
kuantitatif lewat SPSS. Alamak... apa
pula itu? Catatan penting. Jika ingin bekerja dengan statistik dan SPSS itu
sudah saya bahas dalam buku “METODOLOGI RISET: Dari Skill Mendesain Proposal
Teologi & PAK hingga Mempublikasikan,” terbit Januari 2012. Disitu
dijelaskan bagaimana cara bekerja dengan kuisioner, statistik, SPSS. Bagaimana itu
di STT Kristen? Bagaimana cara bekerja dengan itu? Apa alat, rumus dan teknik analisis
SPSS? Apa pula itu deskriptif, korelasi, dan regresi di halaman 93-112 buku
tersebut.
Sebenarnya, dari tiga paragraf terakhir itu, saya
hanya sedang mengingatkan, memang ada persoalan serius yang sedang di STT
Kristen yang sedang dihadapi civitas akademiknya. Tidak banyak yang ahli soal
metodologi riset. Sedikit yang kompeten sebagai periset lapangan dan
mempublikasikannya lewat jurnal, artikel akademik dan buku teks-teks akademik
lainnya, yang ditulis dan diterbitkan. Bahkan penerbit lokal Kristen di
Indonesiapun relatif tertutup terhadap tulisan bergenre metodologis seperti
itu. Sayang memang.
Lebih sialnya lagi, amat sedikit STT yang memiliki
kualitas jurnal berbasis riset lapangan. Namun, sudah berjibun jumlahnya berbasis opini yang berlatar teks literatur.
Meski itu baik, tetapi itu belumlah persembahan yang terbaik untuk Tuhan dan
masyarakat Kristen yang sebenarnya bisa kita tampilkan dari dalam diri kita
sebagai civitas akademik. Apakah kita sudah lupa, bahwa STT Kristen sengaja
diciptakan sejak 03 Juli 1942 (berdirinya DEPAG BIMAS Kristen) untuk mewadahi
ilmuwan atau intelektual Kristen dan pendidikan tinggi Kristen? Itulah
persoalan dan penyakit kompleks yang sedang meradang di dalam dunia intelektual
dan dunia literasi Kristen Indonesia saat ini. Sayangnya, lebih banyak yang
ahli bicara soal riset. Artinya, persoalan ini bukan hanya dalam tataran
pikiran dan pemikiran riset (stage of
mind), tetapi dalam praksis riset sebenarnya. Nah, buku ini membantu
mengatasi masalah serius itu. Kamu beruntung “membeli” atau mendapatkan buku
ini. Semoga saja.
Apa Peta
Perjalanan Intelektualnya?
Peta perjalanan intelektual yang
dibahas (sistematika isi pembahasan) buku ini. Atau apa yang akan kamu dapatkan
gratis dari dalam buku ini, saya akan menjelaskan hal itu secara lebih detail
dan meluas di poin ini. Isinya tentang bagaimana merencanakan atau mendesain
dan menulis proposal secara nyata. Artinya, buku ini bukan hanya buku panduan
teoritis, tetapi memang dimaksudkan hingga praksis menulis dan mempublikasi.
Dan, jika ingin benar menjadi ilmuwan Kristen bermutu, ya memang harus bisa
menulis yang bermutu, bukan hanya berbicara dan meng-omong-omongkan yang
bermutu saja. Jangan malu. Jangan membela diri atau menutup diri dengan cara
menyerang dan menyalahkan orang lain. Saya, kamu, dia, dan kita semua sebagai
Orang Kristen Indonesia harus bertindak sekarang. Tunggu apalagi kawan.
Untuk bisa sampai kesitu, maka terlebih dahulu harus memahami ulang riset. Pemahaman ulang
ini dimaksudkan untuk membetulkan ulang cara menempatkan riset itu sebagai
instrumen gerakan intelektual (Kristen agar lahir Kristen intelektual),
pengembangan komunitas ilmuwan dan komunitas masyarakat beragama. Supaya itu
tercapai, karakteristik keilmuan riset sosial sains dan humanities secara kualitatif
dan kuantitatif harus dipahami kembali. Keilmuan riset itu harus dibetuk dan disetting
ulang agar sesuai dengan wilayah kajian civitas akademik di STT Kristen. Itulah
paradigma metodologis dalam dunia riset yang dibutuhkan untuk
pengembangan di STT Kristen saa ini. Sehingga,
nasib riset teologi dan agama ke depan menjadi sejajar dengan
ilmu lainnya. Lulusan STTpun agar sama kompetensi dan sama profesionalnya
dengan mereka. Apakah kita lupa, STT Kristen itu masuk diwilayah dan payung
ilmu sosial, artinya hak dan persaingan lulusannyapun di dunia nyata sana, sama
saja. Tingggal, bagaimana kesiapan STT untuk meluluskan Sarjana, Magister,
Doktor dan ilmuwannya ke dunia nyata sana, dengan persaingan yang sehat namun kompetitif
itu. Itulah yang dibahas di bab I.
Kawan, riset tidak akan bisa rampung jika hanya
rencana tok. Itu hanya mimpi. Bangunlah, bertobatlah dari kebiasaan jelek yang
hanya punya visi dan missi itu jadi ilmuwan itu. Kini waktunya beraksi. Saya
melihat, terkadang tidak perlu bermimpi-mimpi dan bervisi missi. Ingatlah dan
sadarlah gelar Sarjana, Master, Doktor dan ilmuwan yang intelek tidak akan
pernah disandang atau melekat di kartu namamu, jika belum dibuat proposal untuk
meraihnya. Untuk itu perlu pengetahuan bagaimana mempersiapkan riset lewat
proposal. Persiapan ini menyangkut berapa lama riset akan dikerjakan, bagaimana
proses riset dilakukan, apa kata literatur dan riset terdahulu soal itu. Itulah
yang dibahas di bab II.
Tidak ada yang salah atau benar di dalam riset.
Terserah apa kata orang, saya lebih setuju dengan Karen Benke. Dia (perempuan)
inspirator, coach writing, free-write faciliator, dan poet-teacher di
California Poets Schools Program. Spesialis memimpin workshop di elementary dan
middle schools. Master di bidang “Wrinting-Sastra” dari University of San
Francisco, USA. Ia bilang: “there is no
wrong or right way to write creatively”. Artinya, tidak akan ada jalan atau
cara yang salah atau benar di dalam menulis secara kreatif. “There’s just your way.”[1]
Artinya, Hanya ada cara dan jalanmu sendiri. Lakukanlah. Yang dibutuhkan adalah
imaginasi untuk menempuh perjalanan intelektual dengan bantuan buku teks
akademik benar yang memandu secara benar.
Jika setuju dengan itu, maka yang dibutuhkan adalah
keputusan bertindak untuk memilih dan menentukan apa-dan untuk apa lagi;
kapan-kapan lagi jika bukan sekarang; dimana-tidak perlu kemana-mana masalah
ada disekitarmu; mengapa-mengapa tidak, memang siapa yang melarang;
bagaimana-bagaimana kalau mulailah membaca buku ini. Yang dibutuhkan adalah
rancang dan tulis dan publikasikanlah apa yang kamu dan orang lain di dunia ini
yang bisa kamu lakukan sekarang. Terkadang untuk berhasil harus berani
mengambil resiko berbeda gaya dengan yang sudah ada. Terkadang untuk sukses
harus unik dan menubruk aturan kaku,
mati yang mengikat memerjarakan dan tidak membebaskan kreativitas. Cuman, nubruk-nya hanya sesekali jangan menjadi
tabiat buruk. Yang dibutuhkan adalah bagaimana mendesain dan melakukan riset
secara kreatif, dan bagaimana pula cara untuk menghasilkan isi dan jenis tulisan
proposal secara kreatif dan menarik. Soalnya, sebrillian dan semantap apapun
itu ide riset jika menulis proposal saja tidak becus, semua itu hanya mimpi lagi.
Oleh karena itu, bab III akan menjelaskan bagaimana sebetulnya menulis
proposal. Disitu akan dijelaskan bagaimana cara merancang proposal.
Secara khusus akan dipaparkan, bagaimana struktur
berpikir
dalam isi dan tulisan
proposal,
bagaimana cara mengajukan proposal sehingga permohonannya itu terkabulkan. Apa
saja items di
dalam proposal?
Bagaimana mengontrol kualitas proposal. Jika materi itu diapplikasikan dengan
tepat, maka tidak akan ada keinginan mahasiswa yang tidak akan terkabul. Jika masih kurang puas, maka di bab IV juga
disajikan menu lain yang lebih detail. Bagaimana menuliskan items proposal,
yakni, pendahuluan, rumusan permasalahan akademik yang dirasakan, hipotesis,
tujuan dan pentingnya riset (apakah itu pantas dan bermakna?), riset terdahulu (untuk
membangun teori dan kerangka teori riset), metodologi riset (agar tahu bagaimana
riset akan diselesaikan?), scopa, batasan masalah, dan terminologi kunci,
kriteria atau kategori, defenisi konseptual atau operasional, kontribusi akademik sebagai manfaat dan
kegunaan riset (sehingga ada pengembangan keilmuan), bagaimana sitematika pembahasan
(sebagai peta perjalanan dan isi intelektual riset yang akan dilalui dan
dihasilkan.
Ada orang berpikir, proposal itu bisa cepat ditulis
dan langsung jadi dengan tipe 1 SKSss, yakni sekali kebut sesuntuk-suntuknya
semalaman. Itu memang bisa, jika penulisnya adalah Aladin atau Malaikat Jibril.
Tidak ada hal-hal instan dalam instansi pendidikan yang bergerak di wilayah hal-hal
intelektual yang ilmiah. Tidak ada lagi alasan untuk melestarikan radisi buruk
itu di STT Kristen. Tetapi mengerjakan proposalpun tidak ada juga yang disengaja
berlama-lama agar kelihatan itu. Itu keliru. Itu sok-sok ilmiah. Untuk itu perlu kecepatan dan kecekatan, yang
disebut skill mengakhiri dan merevisis proposal.
Kelihatannya ini sepele. Tetapi jika jumawa, maka
bisa-bisa menyepelekan. Jika itu terjadi, maka nasibmu bisa diprediksi, yakni proposalmu
tidak akan jelas juntrungnya. Bab V akan
menolong persoalan psikologis dan intelektual akut seperti tadi itu. Disitu,
mahasiswa akan diajari (bukan digurui) untuk
menapaki garis finish proposal. Saya
menyarankan agar penulis, periset, dan mahasiswa yang sedang kuliah ditahun
2012 kedepan untuk menggunakan cara penulisan “saya” ketimbang penulis,
peneliti dalam mengekspresikan apa maunya dan apa yang diinginkan di dalam
proposal. Budayakan dan biasakanlah menggunakan kata “saya,” I (ai) atau Me (mi) dan My Self (mai
selfh) seperti yang sudah lama dan terbiasa dipakai oleh para penutur, periset
dan penulis berbahasa Inggris.
Pertanyaannya, mengapa kita disini di Indonesia tidak
boleh. Apa bedanya kita dengan mereka, atau jangan-jangan hanya persoalan
kultural saja, bukan perdebatan ilmiah dan intelektual soal kata “saya” itu.
Meskipun demikian, jangan seenaknya menuliskan dan menggunakan kata “saya” itu.
Sebebas-bebasnya penutur, periset dan penulis masih teap ada rambu-rambu umum menulis
proposal yang musti diikuti lewat buku ini. Sekali lagi, revisi dan akhiri
proposalmu, buatlah tampilannnya cantik menarik, berwarna, bermutu dan tidak
asal jadi. Akhirnya, mulailah menulis dan mulailah merevisi, revisi lagi dan
lagi, sehingga proyek ini akan sangat menyenangkan. Ditambah lagi, mahasiswa
akan dibimbing oleh dosen supervisior yang intelek dan berpengalaman soal riset
untuk menyelesaikan panggilan, tugas dan tanggung jawab akademik ini, jika mau
benar-benar disebut sarja bertitel dan bermutu.
Ucapan Terima
Kasih
Saya mengucapkan terima kasih untuk keluarga
yang membantu penulisan buku ini. Buku ini dipersembahkan untuk istriku Rio D.
Tambunan dan anak lelaki pertama si “Bule Kecilku,” Maverick El-Radith
Tambunan. Buku ini juga didedikasikan untuk semua civitas akademika dan
mahasiswa di STT Kristen di Indonesia khususnya program studi teologi dan
pendidikan agama Kristen dimana saya mengajar.
Ucapan terima kasih yang khusus, saya sampaikan kepada
para dosen metodologi riset, khususnya soal proposal, seminar proposal yang
pernah mengajar sejak D3 hingga S3 sekarang. Jasa dan kontribusi mereka sangat
bermakna besar di hidup saya ketika menulis buku ini. Ini serius, bukan hanya
tulisan basa-basi akademik.
Jika pembaca menemukan infomasi, data dan fakta metodologi
riset terbaru yang terlewatkan di buku ini, (termasuk salah ketik), itu
artinya, ia menemukan peluang untuk saling mengkritisi. Tetapi apapun
kritiknya, itu merupakan sesuatu
keniscayaan, namun seharusnya dilakukan dengan publikasi buku lain. Ini
undangan persuasi, bukan tantangan arogansi. Dengan cara itu, maka akan ada
dialog, diskusi atau debat keilmuan, atau bahkan “perang intelektual yang akan
melahirkan intelektual Kristen dan Kristen yang intelektual. membaca!
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I. BAGAIMANA MEMAHAMI ULANG RISET
A. Riset,
Memangnya Kenapa?
1. Riset dan Penelitian
2. Karakteristik Riset dan Penelitian
3. Riset Sosial Sains dan Humanities di STT
Kristen
4.
Riset Pengembangan di STT Kristen
5. Orisinalitas Riset
6. Nasib Riset Teologi dan Agama ke Depan
B. Riset
S1, S2, S3, Apakah Beda?
C. Karakteristik
Riset Kualitatif dan Kuantitatif
BAB II. BAGAIMANA MEMPERSIAPKAN RISET?
A. Persiapan Desain
1. Riset Pendahuluan
2. Berapa Lama Riset akan Dikerjakan?
B. Proses
Riset
C. Kritik dan Review Literatur
1. Cara Mengkritisi dan Meriview Literatur
2. Membaca Literatur secara Kritis
BAB III. BAGAIMANA MENULIS PROPOSAL?
A. Merancang
Proposal
1. Proposal, Apa Lagi Itu?
2. Pertimbangan Menulis Proposal
B. Struktur
Berpikir Proposal
C. Mengajukan
Proposal
D. Items
di dalam Proposal
E. Kualitas
Proposal
1. Kontrol Kualitas Proposal
2. Jenis Isi dan Tulisan Proposal sebagai Wilayah
Kajian
BAB IV. BAGAIMANA MENULIS ITEMS PROPOSAL?
A. Pendahuluan
B. Permasalahan
Akademik
1. Substansi Permasalahan Riset
2. Sumber-Sumber Masalah
3. Dasar Pertimbangan Merumuskan Masalah
4. Cara Merumuskan Masalah
5. Mengevaluasi Masalah
C. Hipotesis
1. Pengertian Hipotesis
2. Menghubungkan Hipotesis dengan
Teori
3. Hipotesis dalam Riset
Kualitatif dan Kuantitatif
4. Haruskah Hipotesis dalam Riset
Selalu Ada?
5. Indikator Hipotesis yang Baik
6. Merumuskan Hipotesis
7. Menguji Hipotesis
D. Pentingnya
Riset
1. Apa yang Diinginkan?
2. Apa Sebenarnya yang Dicari?
3. Apa yang akan Ditemukan Sudah Realistis?
4. Apakah Itu Pantas dan Bermakna?
5. Akan Kelihatan seperti Apa Riset Itu?
E. Riset
Terdahulu
1. Apa Riset Terdahulu?
2. Apa Kegunaan Riset Terdahulu?
3. Membangun Teori dan Kerangka Teori Riset?
F. Bagaimana
Riset akan Diselesaikan?
1. Metodologi Riset
2. Metode Riset
3. Pendekatan Riset
4. Desain Riset
5. Bagaimana Riset akan Dikerjakan?
G. Scopa
dan Terminologi Kunci
1. Pengertian Scopa dan
Terminologi
2. Membatasi Masalah Riset
H. Kontribusi
Akademik dan Pengembangan Keilmuan
1. Pengertian Kontribusi
Pengembangan
2. Membuat Kontribusi dan Pengembangan
I. Sistematika
Pembahasan
1. Pengertian Sistematika
2. Cara Pembahasan
BAB V. BAGAIMANA MENGAKHIRI DAN MEREVISI PROPOSAL?
A. Proposal
Menapaki Garis Finish
1. Persiapan Akhir Menulis Proposal
2. Mulai Menulis Proposal
B. Apakah
“Saya” atau “Penulis”?
C. Rambu-Rambu
Umum Menulis Proposal
1. Redaksi Judul
2. Gaya Menulis (Writing Style)
3. Gaya Berbahasa atau Bertutur
4. Kespesifikan secara Langsung
5. Labels atau Stigma
6. Partisipan-Responden-Sumber Data
7. Gender
8. Orientasi Seks
9. Rasial, Diskriminasi, dan Identitas Etnis
10. Disabilitas
11. Usia
12 Garis Miring
13. Singkatan
14. Penulisan Bab, Sub-bab dan Poin Tersendiri
(Headings)
15. Angka-angka
16. Tampilan Hasil Statistik dan SPSS
17. Kuotasi atau Kutipan
18. Daftar Pustaka
19. Aturan Pengetikan
D. Merevisi
Proposal
1. Kembali Merevisi
2. Lakukan Revisi
DAFTAR PUSTAKA
MENGENAL PENULIS SEKILAS
No comments:
Post a Comment