Tulisan ini ialah bagian dari silabus yang saya pakai mengajar di dua STT Kristen di Jawa Tengah. Isi pembahasan ini mengenai Agama Islam: Perkembangan Modern-Pembaharuan Islam
di Dunia Kontemporer diajarkan pada semester genap/2 SKS/Februari-Mei 2016.
Tujuan:
Akhirnya,
mahasiswa memahami secara
ilmiah substansi dari apa yang disebut dengan bidang-bidang keilmuan Perkembangan Moderen-Pembaharuan Islam di Dunia Kontemporer[1]
(kelanjutan dan perubahan Islam dari masa klasik dan medieval) dalam bingkai
kajian-kajian Islam (Islamic studies)
baik
secara teori maupun empiris sesuai dengan perspektif dari dalam Islam itu
sendiri, tanpa melalaikan kajian terhadap teologi Islam.
Hendaknya,
keilmuan itu bisa diterapkan dan digunakan sebagai seperangkat pendekatan
(tanpa menyangkal dan menanggalkan iman Kristen berdasarkan Alkitab-bukan lagi karena
didikte atas dasar doktrin atau pengakuan iman gereja masing-masing semata-mata)
untuk mengkaji dan memaknai fenomena keilmuan itu di wilayah ‘tugas-panggilan
pelayanan’ masing-masing secara empiris, sehingga mahasiswa memiliki kompetensi
untuk melakukan sesuatu yang kongkrit dan berkontribusi nyata bagi kehidupan
bersama (living together) diantara komunitas
masyarakat beragama Kristen dan Islam di wilayah masing-masing sesuai dengan
kebutuhan dan ‘sikon’ lokal.
Pertimbangan Dasar Mata Kuliah:
Patut dicatat beberapa hal
kritis. Pertama, mengingat jumlah SKS
dalam kajian Islam yang diselenggarakan di PTAI-Pendidikan Tinggi Agama Islam,
baik dalam lingkup UIN-Univesitas Islam Negeri; STAIN-Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri; IAIN-Institut Agama Islam Negeri di Indonesia, yang umumnya
140-160 SKS di program S1-Sarjana Stratum Satu (belum lagi S2, dan S3), maka
tidak mungkin seluruh isi dari pengetahuan tentang Islam mampu dan tuntas
dibahas di STT Kristen, memang tidak pernah demikian. Karena, pada umumnya
Islamologi atau apalah namanya di STT Kristen hanya 2-4 sks.
Kedua, diantara sejumlah keterbatasan
yang dimiliki civitas akademik di lingkup STT yakni hampir seluruhnya berlatar belakang ilmu dan lembaga pendidikan teologi murni
sehingga tidak
banyak diantara dosen yang betul-betul
mahir berbahasa Arab aktif dan pasif; tidak banyak dosen yang sangat dekat
dengan sumber-sumber primer keislaman, baik literatur maupun jejaring lintas
akademik yang bisa dijangkau; tidak banyak dosen memiliki tingkat inteligensi
yang bisa membaca dan memahami serta mengakses literatur Islam klasik dan
medieval, maka perlu kiranya untuk lebih arif dan bijaksana melihat, mensikapi
dan mengkaji fenomena keagamaan Islam di sekitar kita, yang terkait secara
langsung dengan kehidupan kita, baik sebagai orang atau bangsa Indonesia maupun
sebagai orang Kristen. Memang, harus diakui terkadang gejala-gejala yang nyata
dari fenomena itu membawa impak yang memperkeruh suasana kebangsaan, dan bahkan
merusak ataupun menghacurkan nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan kita sendiri
sebagai akibat yang ditimbulkan oleh fenomena Islam maupun akibat dari keterbatasan
civitas akademik di lingkup STT itu untuk memahami dan memberikan pendekatan
keilmuan agar menemukan solusi apa yang bisa dikerjakan.
Ketiga, mempertimbangkan keterbatasan
diatas, maka adalah lebih bijaksana dipilih mata kuliah dengan mengkontruski
diskursus keislaman yang lebih genting
dan kritis keadaannya untuk dikaji
sebagai materi bahasan dalam kuliah ini. Isi itu penting dipilah-pilah yang
memang dirasa sangat terkait langsung, atau lebih spesifik katakanlah hal-hal
yang memang menghambat laju perkembangan Kristen dan mengusik rasa, martabat diri
dan keutuhan Negara Kesatuan Republik (ke)Indonesia (an) dengan
persoalan-persoalan agama, sosial, ekonomi dan politik dalam kehidupan
berpendidikan, beragama dan berteologia yang rill hari ini. Pertimbangan
seperti itu menjadi sangat penting tinimbang
hanya membahas hal-hal yang terforsir ke dalam urusan-urusan teologis atau
aqidah belaka. Disamping itu, Kajian Islamic
studies, yang seringkali kita orang Kristen di STT ketahui cuman Islamologi saja, sedang mengalami
pergeseran, lebih tepatnya perkembangan di Pendidikan Tinggi Agama Islam di
Indonesia, yang dahulu pendekatannya datang dari ilmu tafsir teks-teks teologis
atau ajaran-ajaran teologis Islam, pun hal-hal yang menyangkut ketuhanan mulai
dipertipis kajiannya (untuk tidak menyebut ditinggalkan).
Kini, kajiannya semakin
dipertebal dengan pendekatan sosial sains yang saling bertalian atau
terintegrasi dan terintekoneksi dengan
segala bidang keilmuan dan kehidupan.[2] Jadi,
jika mereka (umat Islam) atau agama Islam yang kita jadikan sasaran pembahasan
mata kuliah di kelas-kelas STT sudah berubah, mengapa pula kita tidak merubah
cara pengkajian kita agar semakin memahami mereka? Hal-hal inilah alasannya,
maka Perkembangan Moderen-Pembaharuan Islam di
Dunia Kontemporer
dianggap sebagai representasi keilmuan Islam yang cukup memadai untuk mengurai
persoalan-persoalan keislaman yang terjadi akhir-akhir ini.
Keempat,
masih
sekaitan dengan keterbatasan itu, sejumlah literatur sebagai sumber rujukan
kuliah sengaja dipilih yang sudah berbahasa Indonesia saja bukan karena
pengampu tidak kompeten untuk mengakses dan membaca literatur berbahasa
Inggris. Mengingat latar akademik dan universitas dimana ia kuliah, termasuk
Istrinya dari Amerika-California maka ‘tuduhan’
itu tak beralasan. Lebih bijak untuk memihak kepada keadaan dan kebutuhan
mahasiswa ketimbang memuaskan ego dan memelihara ‘kesombongan’ akademik dosen
semata-mata, untuk itu, adalah lebih ‘simple’
bagi mahasiswa mencari sendiri ataupun membeli sesuai daya belinya membantu
mereka agar merasa enteng ketika membaca
bahasa yang familiar baginya. Yang diutamakan disini adalah kemudahan baca dan
akses literatur tinimbang ajang pamer
literatur berbahasa Inggris. Meskipun demikian, mata kuliah ini tidak ‘mengharamkan’
mahasiswa untuk berorientasi literatur asing, sebab saya sendiri sebagai dosen
pengampu tentulah mempersiapkan bekal diri dan merujuk literatur berbahasa
Inggris terkait dengan materi-materi keislaman yang disajikan disini.
Deskripsi Mata Kuliah:
Kuliah ini adalah bagian dari
proses pembelajaran dari isi mata kuliah yang disajikan kepada mahasiswa di STT
Kristen: agama Islam, ataupn ada yang menyebutnya Islamologi, yang meskipun
mengikuti definisi dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu ‘ilmu tentang agama Islam dengan seluk-beluknya.’ Namun
sayang sekali, karena selama ini, para dosen pengampu di STT cuman berlatar belakang ilmu teologi
murni dan sebagian besar lulusan dari STT, sehingga pada umumnya isi mata kuliah ini
lebih banyak dijelaskan dari perspektif Kristen yakni dari teologi sebagai
pendekatan tunggal. Akibatnya, selain mahasiswa hanya memandang teologi Islam
yang muncul dari superioritas teologi Kristen. Hasilnya bisa terlihat dalam
sikap akademik dan hidup saban hari,
Islam menjadi ajaran teologi yang tidak dibenarkan, tidak diakui atau tidak diterima
kebenaran sisi pandang Muslim terhadap ajaran dan praksis hidup agamanya karena
hanya dinilai dari sisi pandang Iman Kristen. Cara pandang akademik yang narsis dan picik seperti itu, jika dilihat dari situasi dan kondisi atau ‘sikon’ keberagamaan orang Indonesia dan
keindonesiaan hari ini yang sedang diupayakannya sikap mengahargai pluralitas
dan multikulturalitas hari ini, menjadi tidak cocok lagi.
Kali ini, lewat mata kuliah ini,
mahasiswa diajak bersama-sama untuk mengkritisi (dengan maksud untuk memahami
lebih komprehensif bukan untuk menyangkal, apalagi menanggalkan iman Kristen)
cara pandangnya sendiri terhadap Islam. Sekaligus, cara kritis secara akademik
ini perlu diterapkan untuk mengkaji kembali (bukan membanding-bandingkan
seperti yang lazim dalam tradisi ilmu perbandingan agama selama ini) cara
pandang isi ajaran teologi Kristen terhadap Islam. Ini perlu dibiasakan dalam
lingkup akademik agar mahasiswa STT Kristen akhirnya menjadi benar-benar memahami Islam secara ilmiah. Pemahaman
ilmiah perlu dijadikan tradisi akademik agar substansi dari apa yang disebut
dengan bidang-bidang keilmuan Perkembangan Moderen-Pembaharuan
Islam di Dunia kontemporer (kelanjutan dan perubahan Islam dari masa klasik dan
medieval) dalam bingkai kajian-kajian Islam (Islamic studies) bisa dipelajari, baik secara teori maupun empiris sesuai
dengan perspektif dari dalam Islam itu sendiri.
Hendaknya, mahasiswa ikhlas
untuk mengikuti proses perkuliahan secara tuntas dan mengajukan pemberitahuan,
jika seandainya berhalangan hadir, dengan tetap
berpegang teguh pada Iman Kristen, serta tetap menjaga kemurnian dasar doktrin atau pengakuan
iman gereja masing-masing karena ia dibesarkan, di dukung oleh itu, lagipula ia
berasal darisana, sehingga perlu tetap loyal pada integritas gereja lokal. Pun,
betapa hidup dan dinamiknya atmosfir
akademik selama proses perkuliahan, yang akan tetap menjunjung tinggi
‘mimbar kebebasan akademik’, namun, kita semua tidak boleh ‘pura-pura’ lupa terhadap adanya kode
etik mahasiswa maupun tata tertib kampus di dalam dan di luar ruangan kelas
yang telah dipahami dan disepakati bersama.
Muaranya, biarlah keilmuan itu
bisa diterapkan dan digunakan sebagai seperangkat pendekatan (tanpa menyangkal
dan menanggalkan iman Kristen) untuk mengkaji dan memaknai fenomena keilmuan
itu di wilayah ‘tugas-panggilan pelayanan’ masing-masing secara empiris,
sehingga mahasiswa memiliki kompetensi untuk melakukan sesuatu yang kongkrit
dan berkontribusi nyata bagi komunitas Kristen dan Muslim di wilayah
masing-masing sesuai dengan kebutuhan dan ‘sikon’ lokal.
Persyaratan Kuliah:
1. Tugas harian setiap ada tatap muka di kelas yang akan
diappresiasi 30%. Kewajiban akademik ini sebagai momentum bagi mahasiswa untuk
mempersiapkan dirinya dengan infomasi dan pengetahuan tentang topik pembahasan
setiap minggunya. Bisa dalam bentuk artikel yang diunduh dari perangkat
elektronik online, catatan-catatan
harian yang dibuat mahasiswa sendiri, baik yang dirangkum secara teoritik,
maupun data dan fakta lapangan. Harap dipahami, yang ditekankan disini ialah belajar
mandiri dan sikap proaktif terhadap diskursus mata kuliah. Memang, teologi
dasar Islam sudah umum diketahui, namun tetap bisa didiskusikan dan dikaji
silang (cross check) dengan sesama
mahasiswa dan dosen. Meskipun harus disadari, dengan keterbatasan jam
perkualiahan yang hanya satu semester dengan tatap muka ‘se-adanya’, maka jam
tatap muka tidak boleh habis hanya untuk mendebat hal-hal yang terlalu biasa.
2. Seminar presentasi yang ‘hidup’ dan menarik akan
diappresiasi 50%. Kewajiban akademik ini akan mengintroduksi topik yang
menggugah passion mahasiswa yang
terbersit dan terakumulasi dalam dirinya selama proses kuliah sesuai dengan ‘diskursus’ mata kuliah yang ada, yang
akan diseminarkan di dalam kelas dalam bentuk paper awal. Sebagai
intoduksi, ini memuat atau menuliskan tesis utama dari topik yang dipilih dalam
paper disertai argumentasi singkat
dan tegas untuk mendukung tesis yang jelas dan kuat, yang hendaknya diimbuhkan
dengan data teoritis dan empiris baik secara kuantitatif dan kualitatif. Dalam hal ini, ‘dosa’ plagiarism merupakan tindakan bodoh akademik yang tidak akan
terampuni disini. Untuk itu, mahasiswa dihargai nilai “F-fail.”
3. Paper akhir akan diappresiasi 20%. Kewajiban akademik ini
dilaksanakan diakhir proses perkuliahan, mahasiswa diwajibkan menyerahkan satu essay lengkap dari paper awal tidak lebih dari 3000-5000 kata atau 5-10 halaman kertas
kuarto dengan 1,15 spasi, font ukuran 12 dan jenis yang mudah dibaca. Essay itu hendaklah ditulis dengan tesis
yang clear, didukung lewat strong argument yang dibangun dengan
logika yang runtut tidak complicated,
serta menunjukkan kesadaran literatur dan kajian sebidang yang sudah ada dari
para analis atau peneliti terdahulu, yang dianjurkan dengan tahun publikasi
yang lebih baru, terkait topik. Mahasiswa diminta menyerahkan paper akhir lewat email, meski cara
dicetak juga tetap diterima. Mahasiswa dianjurkan komunikatif dengan dosen dan
sesama mahasiswa dalam motif dan maksud etik moral yang sopan, sepantasnya.
Diskursus Mata Kuliah:
1. Kebangkitan Moderen Islam di
Indonesia
a.
Pendahuluan, memetakan arah pemikiran
dan orientasi gerakan Islam di Indonesia dari pendekatan Islamic studies di Perguruan Tinggi
b.
Mengamati implikasi kebangkitan Islam
di Indonesia: Bermula dari sisi pandang teologi Islam ke world view, darimana hendak diarahkan kemana sebenarnya?
c.
Membongkar dan merekonstruksi ulang
substansi sejarah perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia. ‘Merunut’ ke belakang kehadiran kedua
agama ini di Indonesia agar bisa dikaji ulang fakta historisnya tentang memang
ada perang teologis, perkelahian kehidupan politik dan kekuasaan yang harus
diakui. Meninggalkan kebiasaan pura-pura
bisa berdialog dan rekayasa situasi agar bebas berdiskusi di mimbar-mimbar
akademik, di ruang-ruang seminar dan perayaan ibadah seremonial dan formalitas
secara kasat mata agar bisa memulai praksis hidup teologi ‘practical theology’ hingga hidup bersama-‘living together’
Sumber rujukan:
Amin
Abdullah, Islamic Studies di Perguruan
Tinggi: Pendekatan Integratif- Interkonektif
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006).
_______,
Membangun Perguruan Tinggi Islam Unggul
dan Terkemuka: Pengalaman UIN Sunan
Kalijaga (Yogyakarta: SUKA Press, 2010).
Akh
Minhaji, Tradisi
Akademik di Perguruan Tinggi (Yogyakarta: SUKA Press, 2013).
Saiful Muzani
(ed.), Pembangunan dan Kebangkitan Islam
di Asia Tenggara (Jakarta: LP3ES
Indonesia, 1993).
Jan S.
Aritonang, Sejarah Perjumpaan Kristen dan
Islam di Indonesia, cet. ke-3 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006).
2. Islam dan Masyarakat
a.
Mengkaji fenomena Islam di masyarakat
kota- urban dan desa-rural lengkap dengan gejala-gejalanya
b.
Membaca arah gelombang Islam
transnasional
c.
Membongkar pertahanan gerakan dakwah
yang sengaja diperlihatkan kasat mata dengan slogan dan tampilan inklusif
ataupun terbuka di masyarakat, namun siapa sejatinya mereka dan apa tujuan
akhirnya
Sumber rujukan:
Anis
Matta, Momentum Kebangkitan (Jakarta:
YLIPP bekerjasama dengan Bidang
Arsip dan Sejarah Sekretariat Jendral DPP PK Sejahtera, 2013).
_______,
Spiritualitas Kader (Jakarta: YLIPP
bekerjasama dengan Bidang Arsip dan
Sejarah Sekretariat Jendral DPP PK Sejahtera, 2014).
Hilmi
Aminuddin, Bekal untuk Kader Dakwah (Jakarta:
Bidang Arsip dan Sejarah Sekretariat
Jendral DPP Partai Keadilan Sejahtera, 2012).
_______,
Menegakkan Kepemimpinan Dakwah (Jakarta:
Bidang Arsip dan Sejarah Sekretariat
Jendral DPP Partai Keadilan Sejahtera, 2013).
_______,
Belajar dari Musim Semi Arab (Jakarta:
Bidang Arsip dan Sejarah Sekretariat
Jendral DPP Partai Keadilan Sejahtera, 2013).
_______,
Melindungi Dakwah dari Konspirasi (Jakarta:
Bidang Arsip dan Sejarah Sekretariat
Jendral DPP Partai Keadilan Sejahtera, 2013).
_______,
Ketahanan Gerakan Dakwah (Jakarta:
Bidang Arsip dan Sejarah Sekretariat
Jendral DPP Partai Keadilan Sejahtera, 2014).
3. Islam dan Negara
a.
Mengenali fungsi dan peran-peran
strategis Legislator, eksekutor Muslim dari Pusat, DPRD Provinsi, Kabupaten
hingga Kota yang pro dan menguntungkan Muslim dan kelompok sektariannya.
Mengkaji dan mengevaluasi isi peraturan daerah berbasis dan berorientasi syariah sebagai motif dan tujuannya yang
menggangu mengusik kepentingan ke-Indonesia-an secara luas
b.
Membongkar jejaring dan sumber daya
serta dan peran-peran strategis Gubernur, Bupati, Walikota dan birokrat dan
jajaran setingkat dan di bawahnya hingga kelengkapan administrator desa yang
dimobilisasi dan dikontrol untuk kepentingan Islam dan sekaligus representasi
dari Islam yang berasal dari kelompok sektarian dan ‘koalisi’ pendukungnya
c.
Membongkar ide kesatuan hubungan
negara dengan Islam yang tidak mungkin
terpisahkan, mengapa dipertahankan, dan bagaimana permainan serta dampaknya
Sumber rujukan:
Hilmi
Aminuddin, Ketahanan Gerakan Dakwah (Jakarta:
Bidang Arsip dan Sejarah
Sekretariat Jendral DPP Partai Keadilan Sejahtera, 2014), khususnya bab: “Peran-Peran Strategis Kepala Daerah,” hlm. 63-108.
John
L. Esposito, Islam dan Politik, terj.
H.M. Joesoef Souy’b (Jakarta: Bulan Bintang,
1990).
Lili
Romli, Islam Yes Partai Islam Yes:
Sejarah Perkembangan Partai-partai ISLAM di
Indonesia (Yogyakarta: Pustaka Pelajar bekerjasama dengan Pusat Penelitian Politik-LIPI Jakarta, 2006).
Imam
Subkhan, Hiruk Pikuk Wacana Pluralisme di
Yogya (Yogyakarta: Kanisius bekerjasama
dengan IMPULSE Yogyakarta, 2007).
Abdullahi Ahmed an- Na'im, Islam
Dan Negara Sekular: Menegosiasikan Masa Depan
Syariah, terj. Sri
Murniati (Bandung: Mizan, 2007).
Andree
Feillard, NU vis-Ã -vis Negara: Pencarian
Isi, Bentuk dan Makna, terj. Lesmana
(Yogyakarta: LKiS, 1999).
4. Islam dan Politik
a.
Mengidentifikasi dan mengklasifikasi
Partai politik Islam (nasionalis moderat, nasionalis-religius) yang berbasis
dan berorientasi Islam dan Islam politik yang berideologi Islam
b.
Mempelajari organisasi masyarakat Islam
(ormas), komunitas dan kelompok klik Muslim
sebagai kekuatan dominan dan superioritas politik
c.
Menginterpretasi diri ormas dan
orientasi ideologi serta mengikuti peta pergerakannya di negara dan masyarakat
d.
Menganalisis ‘manhaj’ dari kelompok paramiliter yang ‘berbaju’ ormas yang legal sebagai ekspresi
budaya dan ekonomi-politik serta jejaring dan keterkaitannya dengan pihak
keamanan
Sumber rujukan:
Dale
F. Eickelman, James Piscatori, Politik
Muslim: Wacana Kekuasaan dan hegemoni dalam
Masyarakat Muslim, terj. Endi Haryono, Rahmi Yunita (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1998).
Anthony
Bubalo, Greg Fealy, Whit Mason, PKS &
Kembarannya Bergiat jadi Demokrat
di Indonesia, Mesir dan Turki, terj. Syamsul Rijal (Jakarta: Komunitas Bambu atas kerjasama dengan Lowy
Institute for International Policy,
2012).
Zainal
Abidin Amir, Peta Islam Politik
Pasca-Soeharto (Jakarta: LP3ES Indonesia, 2003).
Julie Chernov Hwang, Umat Bergerak: Mobilisasi Damai Kaum Islamis di Indonesia, Malaysia,
dan Turki, terj. Samsudin Berlian (Jakarta: Freedom Institute, 2011).
Ainur
Rofiq al-Amin, Membongkar Proyek Khilafah
ala Hizbut Tahrir di Indonesia (Yogyakarta:
LKiS, 2012).
K.
Yudian Wahyudi (ed), Gerakan Wahabi di
Indonesia (Yogyakarta: Nawasea Press,
2009).
Al-Zastrouw
Ng, Gerakan Islam Simbolik: Politik
Kepentingan FPI (Yogyakarta: LKiS, 2006).
Hairus
Salim HS, Paramiliter NU (Yogyakarta:
LKiS, 2005).
Veronika
Shinta Saraswati, Imperium Perang Militer
Swasta: Neoliberalisme dan Korporasi
Bisnis Keamanan Kontemporer (Yogyakarta: Resist Book, 2009).
5. Islam dan Pendidikan
a.
Menginventarisir lembaga pendidikan
Islam negeri dibawah asuhan pemerintah-Kementrian Agama dan proses edukasinya
seperti apa dan membaca hasil lulusan diarahkan ke bidang-bidang mana saja yang
paling menonjol
b.
Menginventarisir lembaga pendidikan
Islam berbasis amal usaha persyarikatan dan mengkaji hasil pemikiran dan
pergerakannya dominan kearah mana saja
c.
Meneliti lembaga pendidikan Islam oleh
perorangan dan organisasi transnasional dan jaringannya dimasudkan untuk tujuan
apa saja
Sumber rujukan:
Karel
A. Steenbrink, Pesantren Madrasah
Sekolah: Pendidikan Islam dalam Kurun Moderen,
terj. Karel A. Steenbrink, Abdurrahman Wahid (Jakarta: LP3ES Indonesia, 1986).
Deliar
Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia
1900-1942, terj. Deliar Noer, cet. ke-7
(Jakarta: LP3ES Indonesia, 1994).
Nurcholish
Madjid, Bilik-Bilik Pesantren: Sebuah
Potret Perjalanan (Jakarta: Paramadina,
1997).
Alwi
Sihab, Membendung Arus: Respons Gerakan
Muhammadiyah terhadap Penetrasi Misi Kristen di Indonesia (Bandung:
Mizan, 1998).
Robert
W. Hefner, ICMI dan Perjuangan Menuju Kelas Menengah Indonesia (Yogyakarta: Tiara
Wacana, 1995).
_______,
Islam Pasar Keadilan: Artikulasi Lokal,
Kapitalisme, dan Demokrasi (Yogyakarta:
LKiS, 2000).
Abdurrahman
Wahid (ed.), Ilusi Negara Islam: Ekspansi
Gerakan Islam Transnasional di
Indonesia (Jakarta: Gerakan Bhinneka Tunggal Ika, The Wahid Institute, dan Maarif Institute,
2009).
Noor Huda Ismail, Temanku, Teroris?: Saat
Dua Santri Ngruki Menempuh Jalan Berbeda
(Jakarta:
Hikmah, 2010).
6. Islam dan Gerakan-gerakan Sosial
Keagamaan dan Politik Baru
a.
Menjelajahi arus dan titik sambung
antara Islam dari Timur Tengah, India, dan Cina ke Indonesia
b.
Menelusuri garis genealogi kelompok
Islam dari fundamentalisme ke radikalisme
c.
Mengidentifikasi pergerakan kelompok
Islam dari radikalisme ke terorisme
Sumber rujukan:
Bassam
Tibi, Ancaman Fundamentalisme: Rajutan
Islam Politik dan Kekacauan Dunia Baru,
terj. Imron Rosyidi, Zainul Abas, Sinta Carolina (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2000).
Azyumardi
Azra, Islam Nusantara: Jaringan Global
dan Lokal (Bandung: Mizan, 2002).
Sumanto
Al Qurtuby, Arus Cina-Islam-Jawa: Bongkar
Sejarah atas Peranan Tionghoa dalam
Penyebaran Agama Islam di Nusantara Abad XV & XVI (Yogyakarta: Inspeal Ahimsakarya Press bekerjasama
dengan Perhimpunan INTI Jakarta,
2003).
M.
Imdadun Rahmat, Arus Baru Islam Radikal:
Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah
ke Indonesia (Jakarta: Erlangga, 2005).
Greg
Fealy, Anthony Bubalo, Jejak Kafilah:
Pengaruh Radikalisme Timur Tengah di
Indonesia, terj. Akh. Muzakki (Bandung: Mizan atas kerjasama dengan Lowy
Institute for International Policy, 2007).
Haedar
Nashir, Islam Syariat: Reproduksi Salafiyah
Ideologis di Indonesia (Bandung: Mizan
bekerjasama dengan Maarif Institute for Culture and Humanity, 2013).
Noorhaidi
Hasan, Laskar Jihad, Islam, Militansi,
dan Pencarian Identitas di Indonesia Pasca-Orde Baru, terj. Hairus Salim,
(Jakarta: LP3ES Indonesia & KITLV Jakarta,
2008).
Abdul
Munir Mulkan & Bilveer Singh, Demokrasi
di Bawah Bayangan Mimpi N- 11: Dilema Politik Islam dalam Peradaban
Modern (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2011).
Sarlito
Wirawan Sarwono, Terorisme di Indonesia
dalam Tinjauan Psikologi (Jakarta:
Pustaka Alvabet bekerjasama dengan Lembaga Kajian Islam & Perdamaian,
2012).
M.
Bambang Pranowo, Orang Jawa Jadi Teroris (Jakarta:
Pustaka Alvabet bekerjasama dengan
Lembaga Kajian Islam & Perdamaian, 2011).
Ismail Hasani, Bonar Tigor Naipospos
(eds.), Dari Radikalisme menuju
Terorisme: Studi Relasi dan
Transformasi Organisasi Islam Radikal di Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta (Jakarta: Pustaka
Masyarakat Setara, 2012).
7. Islam dan Sains, Media, dan Teknologi
a.
Mempelajari bagaimana modus operasi
kapitalisme dan jejaring media Islam bersirkulasi dan berdistribusi
b.
Membongkar cara kerja ideologi,
politik, setting acara dan peristiwa
yang sengaja dibingkai oleh sejumlah media Islam dengan ragam jenis media,
orientasi kepentingan ekonomi-politik dan boss atau raja yang mempuyai media
tersebut lewat pendekatan analisis ‘framing’
c.
Membaca arah ideologi dan maksud yang
tersembunyi dibalik kehadiran media sosial sebagai pedang dakwah dan politik
Islam
Sumber rujukan:
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan
Politik Media (Yogyakarta: LKiS, 2002).
Anis
Matta, Momentum Kebangkitan (Jakarta:
YLIPP bekerjasama dengan Bidang
Arsip dan Sejarah Sekretariat Jendral DPP PK Sejahtera, 2013), khususnya Bab: “Media adalah Kunci Perubahan,” hlm. 55-70.
8. Islam dan Budaya Populer
a.
Menyelami aliran keagamaan tarekat, tasawuf, dan sufisme bernuansa
kosmopolitan dalam Islam berorientasi
sosial keagamaan, ekonomi-politik
b.
Menjajaki bagaimana Industri film,
teater, televisi, radio, dan panggung hiburan ‘Islami’ bermunculan dan bergerak
ke wilayah mana saja
c.
Mengkaji bidang industri fashion dan kosmetika ‘Islami’ serta
kelengkapannya di ruang publik dikaitkan dengan bidang apa-apa saja
Sumber rujukan:
Mark
R. Woodward, Islam Jawa: Kesalehan
Normatif versus Kebathinan, terj. Hairus
Salim HS (Yogyakarta: LKiS, 1999).
Martin
van Bruinessen Julia Day Howell (eds.), Urban
Sufism (Jakarta: RajaGrafindo
Persada kerjasama dengan Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008).
Ahmad
Khalil, Islam Jawa, Sufisme dalam Etika
dan Tradisi Jawa (Malang: UIN- Malang
Press, 2008).
Ariel
Heryanto, Identitas dan Kenikmatan:
Politik Budaya Layar Indonesia, terj. Eric Sasono
(Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2015).
[1]Penyebutan
ini diambil dari Akh. Minhaji, Sejarah
Sosial dalam Studi Islam: Teori, Metodologi, dan Implementasi (Yogyakarta:
SUKA Press, 2010), hlm. 130,132. Namun, untuk lebih mengerti konteks
keseluruhan penyebutan itu hendaknya dibaca Bab VII: “Pendekatan dalam
Pengkajian Islam di Indonesia,” hlm. 119-142.
[2]Keterangan
ini saya buat berdasarkan apa yang saya alami sendiri, juga berdasarkan
diskusi-diskusi akademik selama proses perkuliahan baik di dalam kelas maupun
di luarnya bersama dosen-dosen dan mahasiswa program Doktor, Jurusan Islamic Studies dimana saya adalah
mahasiswa di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2009
silam. Agar semakin jelas, silahkan baca keseluruhan, Zainal Abidin Bagir,
Jarot Wahyudi, Afnan Anshori (eds.), Integrasi
Ilmu dan Agama: Interpretasi dan Aksi (Bandung: Mizan Bekerjasama
dengan Masyarakat Yogyakarta utuk Ilmu
dan Agama Program Studi Agama dan Lintas Budaya Universitas Gadjah Mada dan
SUKA Press Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2005), khususnya
Bab 12, Amin Abdullah, “Desain Pengembangan Akademik IAIN menuju UIN Sunan
Kalijaga: Dari Pola Pendekatan Dikotomis-Atomistik ke Arah Integratif
Interdisiplinary.”
No comments:
Post a Comment