(Tulisan ini pernah dimuat di Pantekosta News Manado Edisi November 2013)
“Anak
muda GPdI kolot, nggak gaul, mati gaya, cinta Tuhan tapi nggak open-minded.”
Itu gosip yang santer terdengar. Bukan hanya hari ini, tapi sudah puluhan
tahun. SEMUA ITU KELIRU. Itu gosip murahan. Kami punya citra dan jati diri,
“Generasi Muda Penerus GPdI.” Kami bukan ikut-ikutan gaul supaya mudah digauli,
tapi memang kami suka bergaul, setidaknya dengan Tuhan, sesama denominasi plus
interdenominasi. Di dunia maya, kami bergaul dan berselancar juga. Ke gereja?
Jangan tanya! Kami ada didalam, lebih dari yang kalian tahu.”

Asik rasanya disini, rugi yang tidak ikut,
seperti kata Fitri, peserta dari GPdI Telaga Kasih Semarang. Bahkan, “ingin
jadi muda kembali melihat mereka itu. Tak seorangpun keberatan dan tanpa protes.
Mereka jauh-jauh meninggalkan rumah demi even akbar itu”, kata Pdt. Rudi H.
Siahaan, S.Th, Ketua Seski Acara. Rela kurang tidur, padahal 3 hari 3 malam
melompat-lompat kegirangan karena lawatan, jamahan dan pengurapan Tuhan. Belum
lagi, peserta itu diisi dengan acara dan sesi yang padat. Mulai dari doa pagi
jam 4 subuh ditengah dinginnya Kota Gunung Salatiga, hingga talent show. “Semua
acara itu demi memperlengkapi anak muda menuju kesempurnaan gereja, dan
menyambung tema besar GPdI,” seperti kata Pdt. Paulus Suyatno. S.Th., M.Pd,
Ketua Panitia.
Lepas dari kurang lebih teknis pelaksanaan,
acara ini sukses membuktikan, “Api Pantekosta tetap berkobar dan menyala-nyala
di hati anak muda GPdI. Belum lagi even serupa di seluruh MD/KD/KW, bahkan di
luar negeri. Bagaimana tidak kewalahan, acara yang semula direncanakan hanya
400 orang, nyatanya membludak melewati batas kemampuan dan daya tampung, seperti
penjelasan dari Pdt. Yason Marbun Ketua seksi Konsumsi. Padahal, mereka harus membayar 75.000/orang.
Dari animo dan total peserta, sejauh ini belum
ada denominasi lain yang bisa menandingi jumlah peserta dalam satu even dari
satu provinsi, yang baru hanya dihadiri 94 gereja. Bukan untuk gagah-gagahan, apalagi
pamer, tapi itu bukti nyata maunya beberapa pihak berdamai untuk pekerjaan
Tuhan. “Itu baru setengah dari jumlah GPdI se-Jateng. Jumlah segitu bukan
karena konflik, tapi lebih karena tempatnya yang terbatas. Disamping, mulai
banyak yang mendaftar sekolah dan kuliah lanjutan,” seperti kata Pdt. Juswardi
Tarigan, S.Th, Ketua Panitian I.
Acara ini sebagai tanda Api Pantekosta masih
berkobar dan semakin berkobar dalam diri pemuda Pantekosta. Itu bukan untuk
mengatakan, acara ini tidak ada atau lebih baik dari periode
sebelum-sebelummnya. Tapi, ini cara untuk tetap mengobarkan semangat dan
kecintaan pada Tuhan. Itu upaya lain untuk menyala-nyalanyakan semangat muda
untuk cinta Tuhan dan memobilisasi mereka cinta pekerjaan Tuhan. Itulah dibenak
seluruh panitia Acara. Makin terbukti, hal itu terasa dalam pujian penyembahan mulai acara pembukaan, yang dipimpin oleh Pdm.
Noni Pandjaitan, S.Th, diteruskan dalam KKR. Lalu, demikian pun oleh Pdt.
Timotius Ngatmin di hari ke-3, silih berganti juga dilakukan Pdt. Leo Mailuhu,
S.Th di akhir acara.


No comments:
Post a Comment